LatestNasehatNasional

Menyikapi Dakwah Rosulullah SAW oleh Generasi Muda

Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di Zaman Nabi Muhammad SAW

Pada abad ke-7 Masehi, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira, mengawali misi dakwah Islam yang penuh tantangan. Di tengah masyarakat Mekah yang masih terbelenggu oleh tradisi jahiliyah, Nabi Muhammad SAW dengan tegas menyerukan tauhid dan keadilan sosial. Namun, dakwah ini tidak diterima dengan mudah. Keluarga dan kaum kafir Quraisy menentang keras ajaran Islam, bahkan melakukan tindakan keji untuk menghentikan perjuangan Nabi.

Ancaman pembunuhan, boikot ekonomi, dan penyiksaan fisik menjadi bagian dari perjuangan Nabi dan para sahabat. Keluarga dekat seperti Abu Lahab, paman Nabi, justru menjadi musuh utama. Siti Khadijah, istri Nabi, dan Abu Thalib, paman yang melindunginya, menjadi sedikit dari sekian banyak orang yang tetap setia mendukung perjuangan ini. Meski menghadapi tekanan luar biasa, Nabi Muhammad SAW tetap teguh, menunjukkan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa.

Peristiwa Hijrah ke Madinah menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW tidak hanya berdakwah, tetapi juga membangun masyarakat yang berlandaskan syariat Islam. Piagam Madinah menjadi bukti nyata bagaimana Islam mampu menciptakan tatanan sosial yang adil dan inklusif. Perjuangan ini akhirnya berbuah manis dengan Fathu Makkah (Pembebasan Mekah), di mana Islam berdiri tegak sebagai agama yang mulia.


Dakwah di Zaman Modern: Media Sosial dan Amal Ma’ruf Nahi Mungkar

Berbeda dengan zaman Nabi Muhammad SAW yang menghadapi tantangan fisik dan ancaman langsung, dakwah di era teknologi modern memiliki tantangan tersendiri. Media sosial dan platform digital menjadi sarana efektif untuk menyebarkan ajaran Islam. Melalui tulisan, video, podcast, dan konten kreatif lainnya, dakwah dapat menjangkau jutaan orang di seluruh dunia dalam hitungan detik.

Namun, tantangan terbesar adalah menghadapi informasi yang simpang siur dan hoaks. Di sinilah peran amal ma’ruf nahi mungkar menjadi penting. Sebagai umat Islam, kita tidak hanya dituntut untuk menyebarkan kebaikan, tetapi juga meluruskan kesalahan dan melawan penyebaran konten yang merusak akidah dan moral.

Media digital juga memungkinkan kita untuk berkolaborasi dalam kebaikan. Misalnya, kampanye sedekah online, kajian virtual, atau gerakan sosial untuk membantu sesama. Semua ini adalah bentuk modern dari dakwah yang relevan dengan konteks zaman.


Refleksi Peserta Pelatihan Mahir Dasar Jurnalistik LDII 2025

Pelatihan Mahir Dasar Jurnalistik LDII 2025 menjadi momen penting bagi para peserta untuk memilih peran mereka dalam perjuangan dakwah. Seperti halnya para sahabat Nabi yang memilih jalan berbeda-beda, peserta pelatihan ini juga dihadapkan pada pilihan: menjadi korban perjuangan, penonton perjuangan, atau tokoh perjuangan.

  1. Korban Perjuangan: Mereka yang ada tapi menjadi korban yang berakhir dengan sia-sia.
  2. Penonton Perjuangan: Mereka yang hanya menyaksikan tanpa mengambil tindakan nyata. Meski tidak menghalangi, peran ini kurang memberikan dampak signifikan bagi kemajuan dakwah.
  3. Tokoh Perjuangan: Mereka yang aktif mengambil peran sebagai pemimpin dan penggerak dakwah. Seperti Umar bin Khattab yang awalnya memusuhi Islam, tetapi kemudian menjadi pilar penting dalam perjuangan Nabi. Mereka yang siap menghadapi risiko dan tantangan dalam menyebarkan kebenaran. Seperti Bilal bin Rabah yang disiksa karena imannya, mereka rela berkorban untuk tegaknya syariat Islam.


Di era digital, peran tokoh perjuangan dapat diwujudkan melalui karya jurnalistik yang mendidik, menginspirasi, dan menggerakkan masyarakat. Dengan kemampuan menulis dan menyampaikan informasi yang akurat, peserta pelatihan dapat menjadi garda terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.


Penutup: Semangat Perjuangan di Bulan Ramadan

Bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan mengambil inspirasi dari keteguhan beliau. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan estafet dakwah ini, baik melalui media tradisional maupun digital. Peserta Pelatihan Mahir Dasar Jurnalistik LDII 2025 memiliki kesempatan emas untuk menjadi bagian dari sejarah perjuangan ini.

Mari kita jadikan Ramadan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas dakwah, memperkuat ukhuwah, dan berkontribusi nyata bagi kemajuan umat. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari). Dengan semangat ini, kita bisa menjadi generasi yang membawa perubahan dan keberkahan bagi dunia.

Hadits ini menekankan pentingnya menyebarkan ilmu dan ajaran Islam, sekalipun hanya satu ayat. Ini menunjukkan bahwa setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk berdakwah sesuai kemampuannya, baik melalui ucapan, tulisan, atau tindakan.

Semoga narasi ini dapat menginspirasi dan membangkitkan semangat perjuangan Anda. Selamat menunaikan ibadah Ramadan, dan semoga karya tulis ini bermanfaat dan barokah (Rif) 🌙✨

Rif

Belajar Seperti lebah yang mampu menghsilkan madu, yang sangat bermanfaat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *